Tahun 2018 ini penuh dengan perubahan drastis di dunia pendidikan Indonesia. Terutama sekali dalam pelaksanaan ujian-ujian Sekolah Menengah Atas, Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri, bahkan juga pada Seleksi Masuk Sekolah Kedinasan seperti STAN, STMKG dan lainnya. Kali ini penulis blog tidak akan ikut-ikutan ribut dalam hal tersebut. Tetapi penulis merasa tertantang melihat kabar mengenai perubahan sistem perhitungan nilai dalam SBMPTN 2018 ini. (sama aja ikutan ribut yak ^^v ).
Oke, setelah membaca pengumuman resmi dari panitia SBMPTN 2018 mengenai metode perhitungan nilainya penulis yang juga merupakan tentor bimbingan belajar mau tidak mau pusing tujuh keliling. Karena perubahan dari metode classic -1 dan +4 menyebabkan perubahan strategi besar-besaran dalam mengerjakan soal SBMPTN. Hal yang lebih mencolok lagi adalah ketika ada beberapa sumber yang bisa dikatakan bonafide mengatakan bahwa tahun ini sistem penilaian menggunakan metode Teori Respon Butir.
What the F**k is that!
Perlu diketahui, Teori Respon Butir atau IRT sudah banyak diterapkan di negara maju, dengan tujuan untuk memberi nilai yang berbeda pada soal dengan tingkatan kesulitan yang berbeda pula. Sederhananya, siswa yang benar dalam menjawab soal sulit akan dihadiahi point yang lebih tinggi daripada siswa yang menjawab soal yang relatif mudah.
Lalu bagaimana perbandingan jumlah soal sulit, sedang atau mudahnya?,
Jawabannya tidak jelas. Soal sulit, sedang, dan mudah ditentukan berdasarkan persentase/indeks dari jumlah siswa yang berhasil menjawab benar soal tersebut.
Misalkan soal no.1 hanya berhasil dijawab oleh 1 orang siswa dari 100 orang peserta yang mengikuti test. Maka soal tersebut sangat sulit, dan point yang didapatkan peserta yang berhasil menjawab dengan benar tersebut akan sangat besar. Demikian juga sebaliknya.
Jadi tidak mungkin mengetahui tingkat kesulitan soal sebelum seluruh siswa mengumpulkan jawaban test.
Ada beberapa tahapan unutk mendapatkan point akhir SBMPTN.
- Pertama, memberi kode penanda benar dan salah dari jawaban siswa per nomor. Jawaban benar diberi kode 1, dan jawaban tidak benar diberi kode 0. Angka 1 dan 0 ini tidak sama dengan angka 1 dan 0 dalam penilaian ulangan harian. Angka ini hanya menunjukkan kode pembeda antara siswa yang menjawab benar dengan siswa yang tidak menjawab benar, entah salah, atau kosong. Jadi metode 1-0 ini bukan metode pengganti dari +4 -1. Ini sama sekali tidak ada hubungannya.
Karena hal tersebut diatas, penulis mencoba share Simulasi Teori Respon Butir untuk SBMPTN ini buat anda semua. Penulis hanya bisa menggunakan Formula Excel sederhana dalam worksheet ini, jadi jangan harapkan hal yang muluk-muluk. Simulasi ini tidak sama persis dengan yang digunakan dengan yang digunakan dalam SBMPTN 2018. Karena ada beberapa data yang tidak mungkin didapatkan seperti nilai maksimal tiap nomor soal, jumlah peserta dll. Paling tidak, file ini bisa memberikan gambaran sederhana mengenai cara kerja perhitungan soal SBMPTN tahun 2018 dengan Teori respon Butir atau IRT atau Item Response Theory.
Sementara slot peserta penulis sediakan untuk maksimal 200 orang. Karena keterbatasan waktu, jumlah soal juga terbatas hanya 10. Jika anda bisa menggunakan formula-formula Excel sederhana, pasti mudah untuk menambah jumlah soal.
Jangan lupa mengisi point maksimal per soal pada cell F6 (default 100). semakin besar nilai maksimal per soal, maka score akhirnya akan semakin besar dan mudah dihitung. Jumlah peserta pada cell F7 juga wajib diisi sesuai dengan yang anda isikan di tabel bawah.
Indeks kesulitan menggunakan nilai 0-0,3=sulit 0,31-0,7=sedang, dan 0,71-1=mudah.
Isi data tabel dibawah hanya dengan angka 1 dan 0 saja.
Download file ini melalui googledrive dengan klik kotak kecil di pojok kanan atas tampilan Excel ini.
Demikian saja penjelasannya selamat mencoba dan semoga bisa menemukan strategi yang tepat dalam mengerjakan soal SBMPTN tahun 2018 ini.
Wish You All The Best ^^
0 Comment for "Penjelasan dan Simulasi Teori Respon Butir untuk SBMPTN"